Menebar Wacana, Menyodok Tradisi: Geliat Mencari Makna Liberalisme
##plugins.themes.bootstrap3.article.main##
Abstract
WACANA keagamaan liberal agaknya memang mendapat tempat yang cukup istimewa di kalangan komunitas NU. Dengan modal sosial-kultural yang dimiliki, NU bukan saja menjadi lahan subur, tapi bahkan telah menjadi bagian dari liberalisme itu sendiri. Masalahnya kemudian adalah apakah liberalisme yang "meledak-ledak" di kalangan NU itu sudah mampu mem- bangun sebuah struktur keilmuan baru? Hal ini layak untuk dipertanyakan, karena liberalisme yang biasanya diawali dengan kritik dan pembongkaran (dekonstruksi) terhadap tradisi keagamaan, termasuk tradisi keagamaannya sendiri cenderung menisbikan hasil pemikiran sebelumnya. Pembongkaran terhadap ortodoksi keaga- maan meniscayakan adanya upaya mere- konstruksi untuk "menyatukan" kembali unsur-unsurnya yang tercerai berai. Tanpa itu, liberalisme NU tak ubahnya seperti bisa "merobohkan" tapi tidak bisa "mem- bangun" lagi. Baiklah, kita akan mencoba masuk pada wacana-wacana yang berkem- bang dalam proses liberalisme dengan melihat bagaimana struktur pengetahuan liberalisme tersebut berkembang dalam NU.
##plugins.themes.bootstrap3.article.details##

This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.