Mencari Wajah Post Tradisionalisme Islam
##plugins.themes.bootstrap3.article.main##
Abstract
Pemikiran Arab kontemporer, khususnya yang diperkaya oleh para pemikir Islam kritis seperti Muhammad Arkoun, Muhammad Abid al-Jabiri, Hasan Hanafi, Abdullahi Ahmed al-Na'im, Nashr Hamid Abu-Zayd, dan Fatima Mernisi, telah memberikan sumbangan penting terhadap khazanah intelektual Islam mutakhir. Gagasan-gagasan mereka telah merambah ke berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia, dan menginspirasi munculnya wacana baru yang dikenal sebagai Post-Tradisionalisme Islam, terutama dipengaruhi oleh karya-karya al-Jabiri. Meskipun asal usul istilah ini tidak jelas, terjemahan artikel-artikel al-Jabiri oleh LKiS telah memperkenalkannya ke publik Indonesia. Namun, belum ada penjelasan yang tegas mengenai formulasi konkret dari Post-Tradisionalisme Islam, berbeda dengan Neo-Modernisme Islam yang diperkenalkan oleh Fazlur Rahman dengan metodologi yang lebih jelas. Greg Barton bahkan menggunakan metodologi Neo-Modernisme Islam untuk memahami dan mengamati pembaharuan Islam di Indonesia pada periode 1970-an. Perbedaan dalam kejelasan dan penjelasan antara kedua gagasan ini menyoroti kompleksitas dalam proses pembaruan pemikiran Islam dalam konteks global.
##plugins.themes.bootstrap3.article.details##
![Creative Commons License](http://i.creativecommons.org/l/by/4.0/88x31.png)
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.