NU Studies, Menulis Balik: Mengedepankan NU sebagai 'Fail', Bukan 'Maf'ul'
##plugins.themes.bootstrap3.article.main##
Abstract
Mengedepankan NU sebagai "Fa'il", Bukan "Maf'ul" Berawal dari NU Menulis ... NU ditulis dan NU menulis adalah dua hal yang berbeda. NU ditulis, artinya Syir an ia sebagai obyek. NU menulis, berarti ia berposisi sebagai subyek. Sebagai subyek, tentu ada pergeseran dari perspektif yang dominan selama ini. Dalam kajian-kajian Poskolonial (Postcolonial Studies), menulis identik dengan kerja imperium dan kolonisasi; tapi juga, pada saat bersamaan, menulis adalah sebuah strategi melawan imperium dan kolonialisme.' Menulis sebagai kerja imperialisme biasanya muncul dalam konteks kolonisasi bangsa-bangsa Timur. Masyarakat Timur, yang dikatakan tak punya sejarah, alias primitif dan terbelakang, mulai memasuki sejarah dan peradaban ketika mereka ditulis. Ini mirip dengan pementasan teater La Galigo oleh Robert Wilson belakangan ini. Sebelum Robert Wilson datang dan mementaskan sasra epos Bugis ini, La Galigo dinyatakan "bisu" selama ribuan tahun. Nanti setelah Wilson muncul, maka ia pun ditulis, dan dipanggungkan; artinya, memasuki sejarah. Semakin sering ia ditulis, dipanggungkan, maka kian panjang pula jangkauan tangan sang im- perium itu.
##plugins.themes.bootstrap3.article.details##

This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.