Al-Quran dan Juru Bicara Tuhan

##plugins.themes.bootstrap3.article.main##

Fawaid Sjadzili

Abstract

Sebagai wahyu verba tim Tuhan, Al- Qur'an hadir tidak saja sebagai bundelan kertas tanpa pesan yang menyertainya. Sungguhpun demikian, bagi sebagian kalangan, Al-Qur'an lebih menarik untuk ditelusuri keunikan narasinya atau untuk didendangkan irama-iramanya, bahkan dijadikan aksesoris interior rumahnya. Namun sebagai kitab petunjuk, mem- perlakukan Al-Qur'an dengan semata- mata takjub pada pesona sastrawinya dan pada irama yang didendangkannya, belumlah memadai untuk menguak dan mengungkap pesan praktis yang dikan- dungnya. Kekaguman semacam itu hanya- lah satu hal dari pengakuan penganutnya atas sakralitas Al-Qur'an, namun berhenti pada semata-mata kagum malah menjadikan Teks (Nash) yang sakral itu tertabiri dalam keunikan dan kesakralannya sendiri. Adonis-seorang pemikir dan sastrawan asal Syiria, dengan nyinyir menyatakan bahwa di kalangan khalayak luas, Al-Qur'an sebenarnya tidak "dibaca". Ia diposisikan tidak lebih sebagai teks naratif yang diyakini atau irama yang didendangkan. Tidakkah kenyataan ini, kata Adonis, menunjukkan bahwa Al- Qur'an, Teks yang sakral ini. tertutupi oleh kesakralannya sendiri? Inna al-Quran, hadza al-nashshu dzatihi, mahjubun bi hadza al-taqdis edzatihi (1993:-40).

##plugins.themes.bootstrap3.article.details##

How to Cite
Sjadzili, F. (2024). Al-Quran dan Juru Bicara Tuhan. Tashwirul Afkar, 18(1), 2–6. Retrieved from https://tashwirulafkar.or.id/index.php/afkar/article/view/317


Section
Articles