Pancasila, Nahdlatul Ulama dan Kewarganegaraan Bhinneka
##plugins.themes.bootstrap3.article.main##
Abstract
Kewarganegaraan (citizenship) muncul menjadi diskusi hangat kembali dalam diskursus akademik dan aktivisme secara global paska runtuhnya negara-negara komunis (Kymlicka & Norman, 2000: 1-41). Reformasi Indonesia 1998 adalah merupakan bagian dari perubahan- perubahan tersebut. Asumsi-asumsi optimisme kapitalistik dengan dunia yang menyatu, egaliter dan datar di bawah kapitalisme global seperti digaungkan oleh Fancis Fukuyama sebagai “The End of History” dan Thomas L. Friedman dengan “The World is Flat” kembali dipertanyakan keabsahannya (Mûnch, 2001; Lazar, 2013: 1-22).
Salah satu pertanyaan tajam itu adalah, apakah benar nasionalisme (nationalism) dan negara-bangsa (nation-state) yang menjadi dasar bagi kesetaraan warga negara atau kewarganegaraan telah merealisasikan janji-janjinya?
##plugins.themes.bootstrap3.article.details##

This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.