Sekoci-Sekoci dari Perahu yang Besar
##plugins.themes.bootstrap3.article.main##
Abstract
Anda pernah melontarkan gagasan bahwa nilai-nilai NU perlu dipagari dan dijaga oleh struktur. Bisa dielaborasi lebih jauh?
Kalau kultur NU tidak mendapatkan santunan dari struktur kekuasaan, dia tidak bisa berkembang dan cenderung layu. Kultur apapun sebenarnya memerlukan dukungan struktur. Misalnya, NU suka baca qunut, tahlilan, dlibaan dan NU punya nilai-nilai seperti adalah, musawah, tawazun, tasamuh, i'tidal, dan sebagainya lalu kultur itu tidak mendapatkan dukungan struktur, kan begini jadinya. Inipun jika negara membiarkan kultur NU, maka NU akan bisa berkembang sendiri. Tetapi bagaimana kalau terjadi hubungan antagonisme. Maka untuk menjamin itu, NU sendiri harus mempunyai kekuatan struktural di luar kulturnya. Tetapi NU tidak boleh menjadi organisasi politik. Karena begitu menjadi organisasi politik, NU akan menjadi sektoral. Tidak bisa multi-sektoral. Tetapi dia memerlukan perlindungan politik itu. Untuk bisa mengatur begitu, maka NU tidak boleh menjadi partai politik tetapi NU perlu punya partai politik yang terpercaya untuk melindungi kultur itu di gerakan struktur. Ini sama-sama menuju satu titik dari dua jalan yang berbeda. Gerakan politik mesti power, gerakan jam'iyyah kan tidak. Oleh karenanya NU dengan PKB, -kalau PKB yang dipilih secara struktural harus pisah tetapi secara visioner dan misioner ia harus tunduk kepada nilai yang ada di NU. Nah bagaimana pengejawantahan nilai menjadi sebuah gerakan, itu diproses di dalam organisasi politik itu. Dengan demikian maka ada pemilahan tugas sekalipun bukan pemisahan. Ini yang saya maksud kita tidak perlu menjadi organisasi politik tetapi kita perlu punya organisasi politik.
##plugins.themes.bootstrap3.article.details##

This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.