Tindakan dengan Pikiran dan Tindakan tanpa Pikiran: Membaca KH Abdurrahman Ad-Dakhil
##plugins.themes.bootstrap3.article.main##
Abstract
Bagaimanakah membaca KH Abdurrahman Wahid? Sosok satu ini memang begitu fenomenal. Di akhir tahun 1980-an, saya melihat di majalah wanita Kartini, secara penampilan dia tidak menarik: tambun dan berkacamata tebal dengan penglihatan yang tidak sempurna. Pada saat menjadi presiden, kondisinya semakin terlihat, karena kekurangan tersebut malah menjadi kecacatan yang menjadikan dia sebagai salah satu presiden yang memiliki keterbatasan. Meskipun demikian, ia begitu aktif dan banyak berbicara. Gus Dur adalah Presiden ke-4 yang menjadi sumber dari berita yang selalu dinantikan oleh seluruh pembaca koran, penonton televisi, atau pendengar radio; Gus Dur sepertinya diminati oleh berbagai kalangan, dari tukang becak, pedagang kaki lima, sopir taksi, pegawai negeri, aktivis mahasiswa, ibu-ibu pengajian, maupun politisi. Semua menunggu untuk kemudian mengomentari setiap pernyataan darinya dengan komentar yang beragam: mencela, mendukung, menggerutu, menganalisis, hingga kebingungan.
##plugins.themes.bootstrap3.article.details##

This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.