Melawan Tekstualisasi Tradisi Klasik dan Tekstualisasi Modernitas
##plugins.themes.bootstrap3.article.main##
Abstract
Proyek "al-Turâts wa al-Tajdîd" muncul sebagai respons terhadap pergumulan antara Islam dan tuntutan perubahan sosial, yang tercermin dalam peristiwa sejarah seperti konflik di Mesir, Palestina tahun 1948, dan pertarungan antara perwira pembebas dan Ikhwanul Muslimin tahun 1954. Proyek ini bertujuan untuk keluar dari dualisme antara tradisi salaf dan sekuler, dengan menggunakan konsepsi turâts untuk menyentuh kemaslahatan umum dan memperkuat eksistensi diri.
Untuk merealisasikan proyek ini, Hanafi telah melakukan beberapa langkah. Pertama, dengan menulis disertasi doktoral tentang epistemologi dan merekonstruksi ilmu Ushul Fiqh untuk memahami persoalan dunia secara personal. Kemudian, dengan menyelesaikan buku "Min al-Aqidah ilâ al-Tsaurah" yang merekonstruksi teologi untuk mengentaskan keterbelakangan dan melawan kolonialisasi. Selain itu, dengan menulis buku "Pengantar Ilmu Oksidentaslisme" untuk mengkritik pemikiran Barat yang dominan. Dan terakhir, dengan menghadapi problematika keumatan melalui tulisan-tulisan seperti "Kiri Islam" dan "Agama dan Revolusi di Mesir".
Tentang sikap terhadap Barat, Hanafi memiliki pandangan kritis dan menginginkan pengembalian Barat pada posisi naturalnya dalam bingkai historis, serta merubah hubungan yang sebelumnya Barat sebagai subyek dan kita sebagai obyek, menjadi sebaliknya. Meskipun ada klasifikasi sebagai intelektual neo-tradisionalis, ia juga dianggap konservatif oleh beberapa kalangan karena menggunakan tradisi klasik, namun juga dianggap marxis karena menggunakan teori analisa sosial. Baginya, relevansi analisisnya terhadap realitas dan modernitas adalah yang terpenting.
##plugins.themes.bootstrap3.article.details##
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.