Syekh Nawawi Banten (1230H/1813M-1314H/1897M) Dan Pembauran Tradisi di Pesantren
##plugins.themes.bootstrap3.article.main##
Abstract
Terma tradisionalis pendekatan dikotomis 'tradisio nalis-modernis' yang terkenal pada tahun 1970-an, seringkali disematkan pada pesantren dan NU secara pejoratif. Terma ini dipahami sebagai kelompok atau komunitas muslim Indo- nesia yang jumud, mandeg, tidak teratur, tidak rasional, tergantung pada kiai atau pemimpin agama.' Segala atribut yang melekat pada komunitas pesantren kemudian dijadikan sebagai simbol dari segala kejumudan dan keterbelakangan: pondok, sarung, kopiah, tasbih, termasuk kitab-kitab kuning yang menjadi rujukan kaum pesantren. Sejak tahun 1980-an, pendekatan dikotomis ini kemudian digugat para pengamat sosial sebagai distorsi terhadap kekayaan pesantren, tidak releven, dan tidak akan mampu memahami secara baik perubahan keaga- maan yang terjadi terkait tradisi pesantren, sebagai khazanah Islam khas Indonesia.
##plugins.themes.bootstrap3.article.details##

This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.