Pertemuan Wayang dan Pesantren: Pandangan Seorang Santri terhadap Kesenian

##plugins.themes.bootstrap3.article.main##

Hairus Salim

Abstract

Hubungan pesantren dan kesenian seringkali bersifat paradoks dan ambivalen. Di satu pihak, kesenian didukung dan dijalankan sebagai ekspresi keseharian yang absah. Terutama setelah seni dipahami bukan semata makna estetiknya, tetapi sebagai bagian dari ekspresi keagamaan. Di lain pihak, seni dilawan dan dihukum. Terutama jika ia dianggap sebagai suatu kegiatan dan ekspresi yang menandingi dan bahkan melawan nilai agama yang diyakini. Seni, seperti disinyalir George E. Marcus dan Fred R. Myers (1991:11), memang terus menjadi gelanggang di mana perbedaan, identitas, dan nilai suatu budaya diproduksi dan dikontestasikan.

##plugins.themes.bootstrap3.article.details##

How to Cite
Salim, H. (2024). Pertemuan Wayang dan Pesantren: Pandangan Seorang Santri terhadap Kesenian. Tashwirul Afkar, 14(1), 151-162. Retrieved from https://tashwirulafkar.or.id/index.php/afkar/article/view/382


Section
Articles