Syarikat dan Eksperimentasi Rekonsiliasi Kulturalnya
##plugins.themes.bootstrap3.article.main##
Abstract
Jarum jam menunjukkan pukul 10.00 pagi ketika sejumlah orang yang dikenal sebagai 'eks-PKI' mulai berdatangan ke sebuah pesantren yang terletak di pinggiran kota Jepara. Bagi kebanyakan mereka, datang ke pesantren boleh jadi seperti sebuah perjalanan panjang. Karena, begitu jauhnya jarak religius-kultural (beserta rasa keterasingan, trauma, dan stigmatisasi) yang terbangun antara mereka dan kaum santri sejak tragedi 1965 yang membawa penderitaan rak berkesudahan itu. Penderitaan demi penderitaan harus dipikul, bahkan juga oleh anggota keluarga dan keturunan mereka. Itupun masih diberati beban tambahan berupa tertutupnya seluruh ruang bahkan untuk sekadar menceri- takannya pada orang lain. Namun, hari itu seperti menjanjikan sesuatu yang lain. Mereka sepakat untuk saling memper- tukarkan (sekaligus mungkin membong- kar) ingatan tentang tragedi itu bersama kelompok Islam santri yang tercatat sebagai salah satu pihak "pelaku" dan men- coba menatap hidup dengan cara baru, tanpa dendam, tanpa stigmatisasi dan diskriminasi.
##plugins.themes.bootstrap3.article.details##

This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.