Membaca Islam secara Progresif
##plugins.themes.bootstrap3.article.main##
Abstract
Seorang teman yang terlibat aktif dalam harakah Islamiyah mengirimkan e-mail bahwa buku karya 'gontong royong' Zuhairi Misrawi-Novriantoni, Doktrin Islam Progresif (DIP), dan Moh. Guntrun Romli-Fawaid Sjadzili, Dari Jihad Menuju Ijtihad (DJMI) telah merediskusi hal-hal baru dalam kognisi umat Islam. Penulis dua buku itu dianggap melakukan pembacaan sepikah, meninggikan konsep maslahat dan maqashid al-syari'ah dengan menegaskan metode ijtihad lainnya seperti Al-Qur'an, Hadis, Ijma', dan Qiyas ala al-Syafi'i misalnya. Terlebih lagi, katanya, penerapan atau aplikasi maqashid al-syari'ah itu diberi suplemen berupa hermeneutika yang sangat jelas datang dari arah eksternal tradisi Islam. Hermeneutika adalah bagian dari Barat, Islam tidak mengenal hermeneutika. Sedangkan buku kedua, DJMI, dia merasa tidak menemukan hal baru selain apologi kaum yang menyebut dirinya 'liberal'. Benarkah demikian?
##plugins.themes.bootstrap3.article.details##

This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.