"Ahlussnunnah Wal Jamaah" Tidak Bisa dipahami Hanya Satu Dimensi Saja
##plugins.themes.bootstrap3.article.main##
Abstract
Apakah batasan, koridor, dan cakupan manhajul fikr Nahdlatul Ulama (NU)? Sejak berdiri sampai sekarang, NU mengklaim sebagai salah satu gerakan yang berprinsip kepada nilai-nilai Ah- lusunnah Waljama'ah. Jika klaim ini dihayati dengan komitmen yang sungguh- sungguh, maka seharusnya kita sebagai warga NU berpikir sesuai dengan Ahlus- sunnah Waljama'ah tersebut. Ahlus- sunnah Waljama'ah mempunyai pola pikirnya sendiri baik secara doktrinal yaitu doktrin-doktrin yang dilahirkan oleh Ahlusunnah Waljama'ah, secara historis yaitu perjalanan Ahlusunnah Wal- jama'ah dari era Nabi Muhammad sampai sekarang, serta secara kultural yaitu ketika Ahlussunnah Waljama'ah diterima oleh masing-masing daerah melalui dua sebab di atas (doktrinal dan sejarah) sehingga menciptakan kultur NU misalnya. Oleh karena itu, jika Anda membaca tulisan-tulisan atau buku-buku saya, maka selalu ada pernyataan bahwa Ahlusunnah Waljama'ah tidak bisa dipahami hanya satu dimensi saja. Misalnya hanya dari segi doktrinnya saja. Jadi harus dipahami secara utuh, yaitu meliputi dimensi doktrinal, historis, dan kultural. Jika kita ingin disebut NU yang konsisten, maka pola pikirnya tidak lepas dari koridor tiga dimensi tersebut.
##plugins.themes.bootstrap3.article.details##

This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.