Islam Wasathan sebagai Identitas Islam Indonesia
##plugins.themes.bootstrap3.article.main##
Abstract
Islam adalah agama terakhir diturunkan oleh Allah Yang Maha Kuasa sebagai agama penghabisan, agama penyempurna. Nabi Muhammad Saw sebagai Rasulnya pun bergelar khaatamil anbiyaa’ (nabi pammungkas), tidak ada nabi dan agama lagi setelah Islam dan Muhammad Saw. Layaknya sebagai 'penyempurna', Islam mempunyai hubungan sangat erat dengan yang 'disempurnakan' terutama Yahudi dan Kristen. Sejarah mencatat kemesraan ketiga agama itu dengan tinta biru yang sejuk dipandang sehingga nyaman dibaca berulang-ulang. Tidak jarang pembaca masa kini akan terheran-heran melihat curamnya perbedaan antara sejarah masa silam dan realitas sekarang. Seperti bayangan yang tak mirip dengan bendanya.
Sebuah fragmen sejarah mencertakan bahwa ke-nabi-an Muhammad lebih dahulu diketahui oleh seorang Kristen bernama Bukhaira. Berlatar kota Basrah dengan atur perdagangan, pertemuan Muhammad yang saat itu masih berusia dua belas tahun dengan Bukhaira sang pendeta Kristen seolah-olah telah diatur oleh Sang Penguasa Alam.
Bukhaira bertanya kepada Abu Thalib, pamanda Muhammad yang saat itu menjadi wali bagi keponakannya yang telah yatim-piatu, "Siapa anak ini?" Sang paman menjawab, "Ini anak saya." Perasaan Bukhaira sebagai pendeta yang 'sidiq paningal' berkata lain. Dia merasa ada sesuatu yang lain yang tidak biasa, yang dimiliki oleh anak dan tidak dimiliki oleh orang lain. Perasaan itu menyebabkan ketidakpercayaannya terhadap jawaban Abu Thalib. Bukhaira pun menyangkal. "Tidak, pasti dia anak yang telah ditinggal mati bapaknya," batinya. Dengan penuh kekaguman, Abu Thalib mengakuinya, "Memang betul, saya pamannya." Belum habis rasa kagumnya, Abu Thalib dikagetkan lagi dengan pernyataan Bukhaira selanjutnya, "Hati-hati, dia akan menjadi Nabi."
##plugins.themes.bootstrap3.article.details##

This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.