Kiyai dan Politik Agraria
##plugins.themes.bootstrap3.article.main##
Abstract
Sekilas, tampaknya sulit menemukan kaitan antara dua kata 'kiai' dan 'politik agraria'. Dua kata ini seolah ada pada dua ujung yang saling berseberangan. Sementara kata kiai mengasosiasikan dan diasosiasikan pada dunia relijiusitas dan peran-peran keagamaan, sedangkan politik agraria mewakili dunia pertanian dan kuasa (power) yang menentukan kebijakan serta melingkupi dan mempengaruhinya. Singkatnya, 'politik agraria' diasosiasikan pada ranah duniawi vis a vis kiai yang diasosiasikan dengan ranah agama. Persepsi tentang ketiadaan hubungan antara dua kata tersebut bisa dipahami, mengingat telah terjadi suatu proses keterputusan sedemikian rupa antara kiai dengan realitas sosial di sekelilingnya, khususnya dalam konteks reformasi agraria (agrarian reform). Proses keterputusan ini yang kemudian membentuk persepsi umum bahwa tidak ada hubungan antara 'kiai' dan 'politik agraria'. Jadi, persepsi ini merupakan buah dari proses panjang yang berkaitan dengan tail etimai yang saling bertautan dengan sejarah politik agraria negeri ini.
##plugins.themes.bootstrap3.article.details##

This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.