Sufisme sebagai Prinsip Moralitas Universal SEBUAH TINJAUAN HISTORIS ATAS JEJAK-JEJAK DAMAI KAUM SUFI

##plugins.themes.bootstrap3.article.main##

Moch. Tijani Abu Na'im

Abstract

Tercatat satu kisah, ketika Dzun Nun al-Misri bertualang dan berjumpa scorang rahib. Kepada rahib itu, ia bertanya: "apa itu cinta, menurut Anda?" Rahib itu menjawab, "cinta sejati tidak mau dibelah dua. Kalau cinta sudah tertumpah kepada Allah, tak ada lagi cinta selain pada-Nya. Jika tertumpah pada selain Allah, tak mungkin dipersatukan dengan cinta kepadaNya. Sebab itu, renungilah dirimu pada siapa kau mencintai. Kisah ini menarik, Pertama, pertemuan dialogis dua tradisi berbeda, antara Dzun Nun dan seorang rahib. Kedua, satu masalah yang membongkar garis pembatas sektarian, yakni cinta. Tidak mungkin seorang faqih bertanya tentang hukum fiqh kepada seorang pastur. Tetapi berkenaan dengan cinta, suf dan rahib bisa saling berbagi pengalaman. Javad Nurbakhs mengungkapkan, Ciri utama sufisme awal abad ketiga Hijriyah adalah memiliki Sikap toleransi agama.

##plugins.themes.bootstrap3.article.details##

How to Cite
Moch. Tijani Abu Na’im. (2024). Sufisme sebagai Prinsip Moralitas Universal : SEBUAH TINJAUAN HISTORIS ATAS JEJAK-JEJAK DAMAI KAUM SUFI . Tashwirul Afkar, 32(1), 94-112. Retrieved from https://tashwirulafkar.or.id/index.php/afkar/article/view/188


Section
Articles